Falsafah

Narsis.  
Ketika saya kirim picture selfie (potret dirinya sendiri) lewat BBM, seorang memberi coment singkat: “Narsis.” Seorang lain memberi coment: “HP nya kurang jauh, pakai saja tongsis alias tongkat narsis.”
Kata narsis tak hanya kali itu saja saya dengar. Suatu saat saya sedang asyik browsing didepan laptop, saya dipanggil istri saya, tapi saya nggak dengar, baru panggilan kesekian kalinya saya dengar, lalu saya menoleh, spontan istri saya bilang “Narsis.”
Saat yang lain saya di jalan, melihat sepeda motor, ditempeli stiker dengan kata: Narsis Club. Hah naris kok ada clubnya? Logikanya narsis itu kata kerja, lalu apa sebenarnya arti harfiahnya?
Karena binggung saya lalu tanya pada mbah Gogel.
Narsis itu diambil dari kata Inggris Narcissism, disebut juga Narcism yakni, Penyakit (?) fisikis atau mental (?) dimana seorang yang lebay allay mencitaii dirinya sendiri (mbahnya egois).

Lha kenapa dinamakan Narsis? Saya kejar lagi mbah Gogel. Kata mbah Gogel, Narsis itu diambil dari mitos Yunani, legenda pemuda yang bernama Narcissus, lalu mbah Gogel ceritera:
Narcissus
Seorang dewa sungai bernama Cephisus kawin dengan seorang peri bernama Liriope, mempunyai seorang putra diberi nama Narcissus. Saat kelahiran bayinya datang seorang peramal bernama Teirestias. Peramal ini sangat terkenal, ia pula yang meramalkan kematian seorang Hero bernama Achiles, ia juga yang meramal Odipus bakal mengawini ibunya, ia pun pernah meramal Paris yang akan membakar kota Troya (eis lha kok ngelantur).
Kembali ke legenda Narcissus yang diramal oleh Teirestias, ia bisa hidup menjadi dewasa, jika ia tak pernah mengenali dirinya sendiri. Oleh karena itu Narcissus dijaga sangat ketet dan dirawat dengan sangat hati-hati oleh kedua orang tuanya, hingga ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang amat sangat ganteng, akan tetapi menjadi dirinya sombong.
Pada suatu hari, Echo, ia adalah Peri Gunung, sebelum menjadi penjaga gunung, ia pernah menjadi pelayan Hera istri Zeus sang penguasa langit, raja para dewa dan dewi. Zeus membujuk Echo supaya selalu menutupi kebongannya, sebab Zeus ini paling doyan selingkuh terhadap Hera. Waktu berjalan terus dan Echo berhasil baik menjalankan misinya. Pada suatu hari, Hera mencecar dengan kata-kata pada Zeus karena diduaga ia selingkuh lagi. Setiap Hera berkata, belum selesai Hera berkata, Echo memotongnya atau mengalihkan perhatian. Semula Hera tidak tau, lama kelamaan Hera tau ada konspirasi Echo dengan Zeus. Akhirnya Echo dikutuk ia hanya bisa bicara dari kata yang terakhir dari kalimat yang ia ucapkan (eis kok ngelatur lagi).
Kembali ke Narcissus. Suatu hari Echo berpapasan dengan Narcissus, langsung saja Peri Echo menyatakan jatuh cinta. Akan tetapi, dengan sombong Narcissus menolaknya, bahkan ia tak menggubris ketika Echo teru menerus merengek. Akhirnya Echo merana, hingga musnah yang tertinggal hanya suaranya yang mengembara sepanjang hutan, gunung dan menerobos ke gua-gua. Peristiwa itu diketahui Dewi kadilan Nemesis. Oleh Nemesis Narcissus dihukum tenggorokannya kering, selalu merasa haus, sayangnya ia tak bisa menemukan air untuk membebaskan rasa hausnya, hingga ia harus merangkak terus mencari air. Akhirnya Narcissus tiba disebuah kolam kecil, ketika ia mau minum, ia melihat bayanganya terpantul dipermukaan air, bayangan wajahnya dipermukaan air itu terus dipandangi lama-kelamaan Narcissus jatuh cinta pada bayangannya sendiri. Ia lupa minum, ia lupa sedang jongkok dipinggir kolam ia lupa segala-galanya, yang ada di benaknya ia hanya mencitai bayangannya sendiri. Berhari-hari ia merana dalam penderitaanya, hingga badanya tak terurus lagi.
Bunga Narcissus
Lama kelamaan Dewi Nemesis kasihan juga, akirnya Narcissus diubah menjadi bunga. Hingga sekarang bunga itu di namakan bunga Narcissus, bunga itu sejenis bunga lili, yang punya umbi, kelopak bunga warna putih, petal yang berada didalam berwarna kuning.
Mungkin orang yang punya karakter seperti Narcissus itu zaman sekarang dinamkanan Narsis.



Katakan dengan bunga.
Sementara menunggu nyonya rumah mandi, aku duduk sendirian di kursi sofa yang empuk. Mata aku sapukan memandang sekeliling ruang tamu yang luas. Semua perabotan lengkap serba lux, mengikuti mode, tertata apik, memberi indikasi rumah ini milik orang terpelajar, yang sudah bekerja mapan dengan gaji yang lumayan. Aku manggut-manggut, takjub. Tiba-tiba perhatianku tertarik pada meja di depanku. Di atas meja ada sebuah vas berisi setangkai bunga. Sungguh aneh hanya sekuntum bunga saja bisa menarik perhatian.
Masyaallah, aku baru sadar. Pertama, nama bunga itu red ginger. Aku pernah dibuat bingung dengan nama ginger flower. Setahuku ginger itu jahe, setelah pusing cari kamus nggak ketemu, akhirnya tanya penjual tanaman hias, lalu aku ditunjuki bunga warna kuning, kata dia, itu namanya yellow gingger.
Oh kalau bunga semak seperti itu di tamanku (tepatnya di halaman rumahku) juga ada, tapi semua bilang namanya bunga lilin. Bentuk bunga itu, kelopaknya kecil-kecil banyak, bersusun keatas bentuk silinder, ya kalau direka-reka memang menyerupai lilin.
bunga lilin

Karena penasaran, saya tanya pada mbah Gogel, lallu aku ditunjuki red ginger.
Ya ampun, kalau bunga seperti itu saya kenal banget. Setiap saya naik kereta api dari Jakarta ke Solo, ketika singgah di statsiun Kroya, banyak mbak-mbak dan ibu-ibu menjajakan red gingger, tetapi bukan untuk sovenir atau untuk attensi, melainkan sudah diolah menjadi pecel, disana dikenal dengan nama pecel combrang. Ya memang betul red ginger itu bunga kecombrang.
bunga combrang

Lepas dari memori nama bunga itu, walaupun hanya setangkai red ginger yang dipajang di atas meja tamu, sangat kecil dibanding sekala ruang yang luas, namun mampu menarik perhatian. Ini jelas sudah diperhitungkan bagi siapa yang meletakkan bunga itu.
Sambil memandangi bunga, aku diam merenung, pasti ada maknanya.

Ya ampun, setangkai bunga ini kan mewakili penghuni rumah, untuk mengucapkan ‘selamat datang’. Tak ubahnya kita masuk sebuah Hotel, di setiap tempat atau sudut strategis disitu diletakkan bunga dalam bentuk rangkaian atau ditempatkan dalam vas. Bunga-bunga itu bukan sekedar hiasan mempercantik ruangan, lebih dari itu, bunga itu mewakili atas nama Hotel untuk mengucapkan selamat datang.
Seperti kalau kita mengikuti sebuah tour atau wisata. Setiba di tempat tujuan wisata, kita disambut gadis-gadis cantik lalu mereka mengalungi rangkaian bunga pada tamunya, sambil berucap:”Oethuk Owhuk.” Kita nggak ‘ngeh’ bahasa apa itu, apa artinya, kita nggak tau, tapi kita tau bunga yang dikalungkan itu mengucapkan ‘selamat datang’.
Lain lagi kalau kita pergi melayat, untuk menghormati sanak saudara atau kenalan yang meninggal dunia. Di tempat orang melayat itu, juga banyak kita temukan rangkaian bunga, tetapi bukan untuk mengucapkan selamat datang, melainkan ucapan ikut berduka cita.
Di rumah sakit, banyak pula bunga dipajang di kamar pasien, bunga itu tidak untuk mengucapkan selamat datang, juga tidak untuk mengucapkan ikut berduka cita, melainkan untuk mengucapkan semoga lekas sembuh.
Sebuah rangkaian bunga besar, istilahnya rangkaian bunga papan, dikirim pada sebuah pembukaan pabrik, jelas bunga itu bukan untuk ucapan ikut berduka cita, tapi ucapan ‘selamat’ dengan harapan semoga sukses.
Dan yang paling kental dengan makna ucapan, adalah jika seorang pemuda memberi bunga pada seorang gadis, atau suami pada istri, tanpa kata pun jelas maksudnya, aku cinta kamu.
Maka harus diakui, ungkapan, katakan dengan bunga, adalah paling tepat, bisa mewali seribu kata ucapan, cukup dinyatakan dengan bunga meskipun hanya dengan setangkai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar