Usaha keluarga



 Kupu Kukis
Waktu mbak Ari bilang mau launching produk cemilan home made, saya sempat ragu. Yang pertama. Mbak Ari itu seorang serjana teknik dan master manajemen, lho kok dari teknik mau alih profesi ke kuliner, apa ada korelasinya mengaduk adonaan semen dengan adonan tepung?
Yang kedua. Ya memang kue yang diproduksi mbak Ari jenis kue kering seperti, kaastengel, nastar, putri salju, lidah kucing, sagu keju dan lain sejenis itu cukup laku, karena bisa disimpan dalam waktu relatif lama, maka jika kita kedatangan tamu gak usah report mencari suguhan, oleh karena itu tak heran cemilan ini dipastikan booming saat menjelang lebaran. Lha tetapi produk cemilan itu sudah umum dijual dipasaran dengan harga yang sangat terjangkau bahkan hingga kalangan bawah. Jadi, apa bisa harga kue produk handmade-nya bersaing dengan harga mass product buatan pabrik.
Yang ketiga. Track record mbak ari, memang belum pernah terlihat kontak langsung dengan lahan retail. Meskipun orang tuanya punya sebuah Rumah sakit, namun setelah lulus kuliah, mbak Ari enggak mau berkeja diperusahaan keluarga, ia lebih banyak bekerja diperusahaan kontraktor skala internasional, untuk menyalurkan ilmunya, katantanya. Namun, klimaksnya, ketika mbak Ari setelah menikah, ia langsung menanggalkan segala atribut kariernya, malah memproklamirkan diri menjadi ibu rumah tangga saja.
Keraguan saya mulai berubah ketika melihat proposalnya. Pertama mbak ari langsung pasang brand dengan nama KUPU KUKIS. Untuk lebih menonjolkan diri dari kue kering yang sudah melimpah dimana-mana, mbak Ari pasang label Home made Healthy Cookies. Dengan motto “Cocok buat yang ingin tetap sehat dan tetap menikmati sajian lezat.”
Tidak hanya itu, KUPU KUKIS pun menawarkan konsep produksinya dengan 3P yakni, tanpa Penyedap, Tanpa Pengawet dan tanpa Pewarna. Untuk menjaring konsumen lebih luas KUPU KUKIS menyediakaan kue kering khusus untuk Penderita Diabetes dan Kolesterol diantara kue kering yang ditawarkan, beberapa range NASTAR Sugar Free, seperti Nastar Keju, Nastar Madu dan Nastar Kurma.
Sebagai brand baru KUPU KUKIS lansung pasang harga mahal, menjaring konsumen atas, katanya. Ini sebenarnya bagi saya yang menyisakan sedikit keraguan. Akan tetapi, buktinya sampai hari ini KUPU KUKIS masih esksist dan makin berkembang, malahan sekarang sudah melewati  tahun kedua pemasarannya.
Ketika saya desak kok bisa? Lalu apa rahasianya? Jawabannya klasik, rahasia perusahaan dong. Selain tidak menyimpang dari etika, memang resep-resep KUPU KUKIS adalah resep keluarga yang diturunkan turun temurun, maka sudah seharusnya dijaga formulanya. Meski demikian mbak Ari pun sedikit membocorkan rahasia perusahaan.
Pertama, menentukan bahan baku. Sebagai contoh, untuk pembuatan Nastar, ia harus berburu nanas madu hingga ke Subang dan kacang mede harus didatangkan dari Gunung Kidul, Yogya. Meskipun bahan baku tersedia di pasaran Jakarta, untuk menjaga kemurniannya ia rela bersusah payang mencari ke sumber aslinya.
Kedua, yang tak kalah penting semua pengolahan kue harus menggunakan keju Edam dan mentega jenis Butter wiysman, yang harganya standard dolar.
Dua hal tersebut bukan perkara murah toch, maka wajar KUPU KUKIS dibandrol mahal. Oleh karena itu pangsa KUPU KUKIS adalah individu yang tau benar citarasa dan paham formula yang dikunsumsinya.
Saya pun manggut-manggut biar orang lain mengira saya termasuk kriteria individu yang tau benar citarasa dan paham formula yang dikonsumsinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar